Keluarga Korban GAM dan Tsunami Aceh, Terlantar di Siantar


SIANTAR

Muhammad Mustaqim (30), pemuda asal Ponorogo Propinsi Jawa Timur, yang keluarganya korban keganasan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan tsunami Aceh, itu terlantar di Kota Siantar.

Informasi yang dihimpun Jumat (12/8) sekira jam 15.30 wib, di Mapolres Siantar, Muhammad Mustaqim diantar oleh Jamaah Masjid Baiturahman, Jalan Tanah Jawa, Kelurahan Melayu, Kecamatan Siantar Utara, yang menemukan Mustaqim pingsan di Lokasi Masjid mereka.

Sejahtera (33) bersama dengan 2 temannya sesama Jamaah, mengatakan bahwa mereka menemukan Mustaqim terbaring dengan kondisi yang sangat lemah di dekat pagar masjid, Kamis (11/8) jam 13.00 wib, setelah sembahyang ashar.
           
Karena kasihan, Jamaah masjid membawa Mustaqim ke bidan Boru Siregar di Jalan Sriwijaya Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara, untuk segera mendapat pertolongan. Setelah beberapa botol infus masuk, Mustaqim mulai sadar dan dapat menceritakan dia sudah sejak tiga minggu lalu terlantar dan akhirnya jatuh dan tidak sadarkan diri di dekat masjid Baiturahman.

Kata Mustaqim, sejak ditinggalkan dua pria yang mengajaknya bekerja di Sumatera. dia tidak mengetahui sedang berada dimana, yang penting berjalan terus, serta makan nasi sisa dari tempat sampah bila lapar.           
Sebelumnya dia tinggal di Panti Asuhan Nur Qur’an di Jalan Bundar Pasar Legi, Ponorogo Propinsi Jawa Timur, bersama seorang adiknya yang masih berusia 7 tahun, dan selama tinggal di Panti Asuhan, dia bekerja sebagai pemulung botol plastik minuman mineral guna memenuhi kebutuhan hidup mereka.

“Ayahku, pimpinan Panti Asuhan yang merupakan Cabang Panti Asuhan Nur Qur’an Ponorogo, Setelah Ayah dan ibu meninggal saat terjadi tsunami Desember 2005 lalu, aku dan adikku di pulangkan ke Ponorogo,”katanya dengan nada lemah, serta menambahkan sebelumnya, kakaknya meninggal dibunuh GAM saat sholat subuh, dengan membakarnya setelah menyiramnya dengan minyak, sedang abangnya meninggal sesudah diculik dan dibunuh GAM.

Diceritakannya, setelah 4 hari perjalanan di bus, dia bersama 2 temannya, turun di sebuah pedesaan yang tidak dikenalinya.
“Yang mengajakku, itu pergi meninggalkanku. Katanya sebentar, mau beli air minum,” cetus Mustaqim, serta mengaku tidak tahu nama bus yang mereka tumpangi. Tunggu punya tunggu sampai berjam-jam, keduanya tidak kunjung kembali. Tas Mustaqim berisi pakaian, alat sholat, berikut uang sekitar Rp200 ribu turut dibawa.

Mustaqim menyebutkan saat bekerja sebagai pemulung di Ponorogo, dia bertemu dan kenalan dengan 2 pria, yang mengaku bernama Lukman Al Hakim dan Edi. Ke 2 pria yang baru dikenalnya tersebut, mengajak Mustaqim bekerja di salah satu perkebunan di Sumatera.

Selanjutnya, sekira jam 16.00 wib, setelah Kepolisian membuat surat penyerahan ke Dinas Sosial serta menanda tanganinya, Mustaqim diantar ke Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Siantar. Yang selanjutnya, oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja, Mustaqim dibawa kembali ke ruang ICU RSUD dr Djasamen Saragih, untuk mendapatkan perawatan kesehatan. (Napit)


Komentar

Postingan Populer