Tinggal Sebatang Kara di Rumah Kecil Berdinding Tepas

Pemulung Tewas Tak Sempat Berobat

SIANTAR

Marta br Sitanggang, pemulung tua berusia 62 tahun yang hidup sebatang kara (sendirian), tewas mengenaskan Sabtu (10/9) sekira jam 09.30 wib tanpa sempat dibawa berobat, di rumah berukuran kecil berdinding tepas bambu, yang telah ditinggali sejak puluhan tahun lalu.

Informasi dihimpun Siantar 24 Jam di rumah duka, Jalan Pendeta J Wismar Saragih Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara, tepatnya di belakang tukang pangkas ‘Rahmat’. Sebelum meninggal, Marta datang kerumahnya pada Jumat (9/9) sekira jam 18.30 wib, masih sempat mengeluhkan sakit di tenggorokan yang diderita sejak 2 hari lalu, dan membuatnya sakit untuk menelan, sehingga tak selera makan.

“Semalam, sekitar jam setengah 7 malam, dia datang ke rumahku. Katanya, selama 2 hari ini, tenggorokannya sakit dan susah menelan, dia tak selera makan,”ujar N br Silalahi, mantan tetangganya, yang kini tinggal di Jalan Kain Sungkit Kelurahan Bane Kecamatan Siantar Utara itu.

Diceritakan istri mendiang S Napitupulu tersebut, didampingi salah seorang putrinya, bernama Yenni br Napitupulu. Ketika itu, dia menyarankan korban untuk berobat.
“Waktu kubilang, Bersuntiklah dulu kau! Dibilangnya, Dia Energi bersuntik, maksudnya bilang Alergi. Kusuknya aku katanya,”ungkapnya dengan nada berat, mengenang kelucuan korban, yang telah dianggapnya sebagai keluarga.

Setelah lebih memilih dikusuk, wanita berusia 58 tahun yang biasa dipanggil Oppung Daud itu, bergegas memanggil tukang kusuk ke rumahnya, untuk mengusuk Marta. Karena tukang kusuk terlalu lama datang, akhirnya korban langsung memanggil sendiri. Namun ketika tukang datang kerumah, dia hanya meminta kaki dan tangannya dipijat, sambil mengerutu marah-marah kepada tukang kusuk.

Korban Buang Tabiat Dengan Marah Kepada Hampir Seluruh Tetangganya

Yenni br Napitupulu menambahkan, Jumat (9/9) sekitar jam 22.00 wib, setelah kaki dan tangannya selesai dikusuk, korban diantar pulang ke rumahnya. Namun tiba-tiba, Sabtu (10/9) sekira 01.00 wib, korban datang lagi ke rumahnya sambil marah-marah, membangunkan mereka orang yang telah tidur malam itu.

“Digedor-gedornya rumah, trus dibilangnya, enak kali orang ini tidur, sementara aku gak bisa tidur! Kurasa semalam dia gak tidur, karena dia kudengar marah-marah terus,”cetus istri dari marga Pasaribu usia 31 tahun itu, menambahkan, pagi sekitar jam 07.00 wib, korban minta ditemani ibunya ke tukang kusuk yang tak jauh dari rumahnya, lalu sekitar jam 09.00 wib dia diantarkan pulang ke rumahnya.

“Yang ngantar pulang marga Simbolon dan cucunya Wesly Silaban, masih tetangga kami di Jalan Kain Sungkit. Wesly yang menggendongnya”ungkap ibu 2 anak, yang mengaku tak terkejut mendengar korban meninggal itu.
“Dari semalam pun, waktu dia marah-marah, aku sudah menduga kalo dia buang tabiat, dan tadi pun kudengar, banyak orang yang sudah dimarah-marahinya sejak semalam,”tambahnya.

Dari seorang warga lainnya, sebelum meninggal korban sempat akan diberi makan nasi, tapi sudah keburu meninggal dunia.
“Tadi mau dikasih makan, tapi udah ninggal,”ujar pria berperawakan sedang, yang enggan namanya dikorankan tersebut.

Amatan Siantar 24 Jam di TKP, tak lama kemudian, dari salah seorang warga, diketahui korban memiliki seorang anggota keluarga bernama Paimin Sitanggang, yang kini tinggal di Porsea Kabupaten Tobasa. Meminta agar jenazah korban jangan langsung dikebumikan, sebelum dia datang dan tiba di rumah duka.

Para warga juga tampak kompak tanpa dikomando, langsung membuat kotak dari kardus untuk mengumpulkan sumbangan, guna membantu biaya pengebumian korban.

Kapolsek Siantar Utara, AKP M Nababan, yang langsung terjun ke TKP bersama beberapa personilnya, untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kematian korban, membenarkan adanya kejadian tersebut. (Napit)


Komentar

Postingan Populer